Wednesday, July 9, 2008

God's blessing

Finally, after 3 years of marriage, my husband moved to Jakarta, livin' in the same city with me and our lovely son Jerome. Now, many simple things look so great and wonderful. Wake up together, having breakfast together, go to the office together and sleepin' together...

When I wake up every morning, I can see his face and thank God for giving me a gorgeous husband.
Every night, we discuss many things together before we go to bed. We chit and chat about anything that sounds good.
I hope this will be a better way to start our new life. Thanks God..

Wednesday, June 18, 2008

Buku Ayah Edi

Waktu pameran komputer di JCC tanggal 11-18 Juni 2008 kemarin, aku bersama beberapa teman-teman kantor beramai-ramai mengunjungi pameran. Disana ternyata ada gramedia juga buka stand, dan aku melihat buku Ayah Edi - mengapa anak saya suka melawan dan susah diatur? Aku segera mengambil buku tersebut dan ketika membayar di kasir, kaget juga, karena buku tipis sperti itu harganya Rp42.000...hmmm....

Sesampainya di kantor, aku membuka bungkusnya dan menemukan ada CD di dalamnya. Oooh...ternyata harganya jadi mahal karena including CD walaupun CD sebetulnya tidak terlalu mahal dan isi CD-nya kebanyakan sudah diperdengarkan di SMART FM pada acara Indonesian Strong From Home.

Selain bukunya tipis, huruf-hurufnya pun besar-besar. Tapi isinya memang bagus sekali, sangat inspiring buat para orang tua bagaimana mendidik anak yang baik dan benar. Memang banyak sekali kebiasaan-kebiasaan orang tua yang jelek ditiru anak-anak dan anehnya orang tua sering kali kaget melihat perilaku anaknya yang sebetulnya adalah kebiasaan orang tuanya juga.
Kalau tidak sempat membaca bukunya, CD-nya bisa didengar di kantor sembari bekerja karena CD-nya adalah audio CD. Mendengarkan CD-nya akan memberi banyak inspirasi bagi kita bagaimana memperlakukan anak-anak kita sebagaimana seharusnya.
Webnya bisa dilihat di www.ayahedi.com.

Para orangtua sangat dianjurkan untuk membaca buku ini dan mendengarkan CD-nya karena bahasanya Ayah Edi mudah dicerna, contoh-contohnya sangat membumi dan realistis. Mungkin kita akan merasa tertohok karena banyak peristiwa yang diceritakan Ayah Edi benar-benar terjadi, baik pengalaman kita sendiri ketika kita kecil maupun apa yang kita lakukan pada anak-anak kita baik kita sadari maupun tidak...

Selamat membaca....

Monday, June 16, 2008

Jerome @ daycare

Minggu ini adalah minggu keempat Jerome kutitipkan di daycare. Tadi pagi waktu aku pamitan, dia masih nangis, tapi gak heboh…dia tidak berontak ketika kuserahkan pada Miss-nya, dan dengan manja dia merebahkan kepala di bahu Miss-nya sambil menatap kepergianku dengan sendu... Akupun melangkah dengan pasti menuju kantor…

Semua berawal ketika aku membeli digital voice recorder untuk persiapan kuliah ke US Agustus nanti. Ketika melihat benda itu, atasan di kantor menyarankanku untuk memanfaatkannya di rumah, sehingga aku bisa tau keadaan di rumah dari hasil rekaman suara itu. Aku pun setuju, namun entah kenapa aku merasa tak enak hati dan gelisah tak menentu. Namun kumantapkan hati dan kusiapkan diri untuk menerima kenyataan sepahit apapun. Mungkin itu yang disebut dengan feeling seorang ibu ya…dan ternyata, dari hasil rekaman, aku mendapat bukti bahwa susternya Jerome yang sudah bekerja 1,5 tahun menjaga Jerome sejak Jerome berusia 6 bulan, telah melakukan KDRT dan sering berlaku kasar padanya. Hal ini jelas tak bisa kuterima karena akan berdampak negatif pada perkembangan jiwa anakku. Sungguh tak kusangka, karena kejadian2 sperti ini biasanya hanya kubaca di email2 forward-an dari teman. Akhirnya setelah berpikir masak2 dan diskusi dengan suamiku dan teman-teman kantor sesama ibu bekerja, aku putuskan untuk memecat si suster bohay itu tanpa menunggu lebih lama lagi. Aku tak mau mengambil resiko anakku akan diperlakukan lebih buruk lagi. Walaupun jadwal keberangkatanku ke US tinggal 2 bulan lagi, aku tak perduli.

Mengingat proses pencarian suster baru tidak mudah dan belum tentu aman, apalagi jika tidak ada yang menjaga, aku dan suamiku memutuskan untuk menitipkan Jerome di daycare. Hal ini merupakan keputusan yang paling pas untuk 2 bulan ke depan selain membuat kami lebih tenang, juga supaya kami mandiri, tidak terus menerus merepotkan orangtua/mertua dengan memanggil mereka ke Jakarta untuk menjaga cucu. Pertimbangan lain yaitu sekaligus merupakan persiapan karena nantinya di US Jerome akan kutitipkan di daycare juga. Aku cuti selama 1 hari untuk men-survei daycare yang ada di Jakarta Pusat. Dari hasil browsing2 di internet, ada 3 daycare di Jakarta Pusat yang kutemukan di internet, yaitu keen kidz, baby kangoroo, dan highreach. Aku menelepon masing-masing daycare dan kuperoleh informasi kalau keenkidz sudah penuh dan tidak bisa menambah anak asuhan baru…akhirnya tinggal 2 pilihan, baby kangoroo atau highreach.

Aku dan Jerome segera meluncur ke baby kangoroo yang ada di kawasan SCBD, tepatnya di sebuah apartemen. Ruangan yang digunakan untuk daycare itu hanya 1 unit apartemen dengan 2 kamar tidur. Aku merasa daycare itu terlalu sempit dan pengap karena tidak ada ruang-ruang pemisah, hanya ada sekat setinggi kepala sehingga seluruh kegaduhan akan terdengar di seluruh ruangan.

Selanjutnya aku menuju ke Apartemen Sudirman Park, tempat highreach daycare berada. Tahun lalu aku pernah survey ke tempat itu bersama temanku Andyan. Tempatnya jauh lebih luas dari baby kangoroo, kuperkirakan itu merupakan 3 unit apartemen 2 kamar tidur dijadikan sebagai tempat daycare sehingga ada banyak ruang sesuai kelompok usia yaitu bayi, batita dan balita. Selain itu, resep makanannya pun disusun oleh pakar gizi Ibu Tuti Sunardi. Selain penitipan, daycare itu juga merupakan sekolah bagi anak-anak yang dititipkan.

Secara biaya, memang baby kangoroo lebih murah dibandingkan highreach. Namun secara kualitas, aku merasa highreach jauh lebih baik. Yah temanku bilang, ada rupa ada harga..akhirnya, aku dan suamiku memutuskan untuk menitipkan Jerome di highreach daycare, selain kualitas lebih baik, juga lokasinya lebih dekat ke kantorku, sehingga untuk menjemput Jerome akan lebih cepat. Selain itu, kami juga punya 1 unit apartemen di Sudirman Park itu, sehingga kami sudah familiar dengan suasana apartemen tersebut.

Hari pertama, Jerome tidak menangis! Sungguh ajaib, karna biasanya anak-anak yang dititipkan disitu akan menangis ketika ditinggal orang tuanya. Ternyata hal ini terjadi karena Jerome belum sadar bakal ditinggal disitu seharian..hahaha…mungkin dia pikir kami hanya sekedar mengunjungi saja sperti ketika kami melakukan survei. Selama 2 minggu pertama, Jerome selalu menangis heboh setiap kali ditinggal. Tapi menginjak minggu ketiga, Jerome masih nangis tapi tidak lama, karena biasanya dia akan segera hanyut dengan aneka permainan yang ada di daycare.

Jadi sudah hampir 1 bulan ini rutinitasku adalah mengantar dan menjemput Jerome di daycare. Pagi-pagi kami berangkat dengan naik taksi, Jerome masih dalam busana tidur alias piyama, aku mengantar Jerome ke daycare dan sebelum kutinggalkan, aku menemaninya dulu bermain-main dengan fasilitas yang ada di daycare. Lalu aku akan melanjutkan perjalanan ke kantor dengan naik angkutan umum. Sore hari, aku kembali menjemput Jerome dan kami pulang dengan menggunakan taksi lagi. Sekarang Jerome amat mahir menyebut “taksi..” hehehe..bahkan semua mobil dibilang taksi…hahaha… Setiba di rumah, aku segera mandi dan menyiapkan perlengkapan Jerome untuk dibawa ke daycare keesokan hari; baju main 2 pasang, baju tidur 1 pasang, baju pulang 1 pasang, diapers 2 buah, pakaian dalam 2 set, susu, dan handuk yang diganti sekali seminggu.

Kegiatan Jerome selama di daycare, pagi-pagi setelah kutinggalkan, dia bermain-main dengan teman seusianya, lalu dilanjutkan dengan sarapan. Setelah sarapan, mandi pagi. Sekitar jam 9 kegiatan preschool dimulai dan berlangsung sekitar 2 jam. Setelah itu, mereka menikmati snack pagi, lalu sikat gigi, cuci tangan-kaki-muka. Setelah itu, biasanya mereka dibawa berjalan-jalan di sekitar apartemen untuk mengenal lingkungan alam. Sekitar jam 12, mereka kembali ke daycare dan menikmati makan siang. Setelah makan siang, mereka cuci tangan-kaki-muka, ganti baju dengan piyama dan bersiap-siap tidur siang. Bangun tidur, mereka menikmati snack sore, biasanya jus buah, lalu dilanjutkan dengan kegiatan bebas. Setelah itu, makan sore, mandi sore dan bersiap-siap dijemput. Sekali seminggu, ada kegiatan berenang. Disana, kebersihan gigi-kuku-telinga-kulit selalu dijaga. Tiap pagi dan sore suhu badan diukur, kuku digunting setiap minggu, telinga dibersihkan ketika diperlukan. Mereka dibuatkan semacam buku yang isinya laporan kegiatan harian. Bahkan pup berapa kali sehari juga dilaporkan. Begitulah kehidupan anak-anak di highreach daycare.

Aku merasa tenang dan aman menitipkan Jerome di daycare, karena walaupun terkesan mahal tapi kuanggap sesuai dengan hasilnya. Kalau dihitung-hitung, biaya yang dikeluarkan di daycare sama dengan biaya menggaji baby sitter + THR baby sitter + biaya makan si baby sitter + biaya makan anak. Karena di daycare, mereka mendapatkan makan utama 3 kali sehari, snack dan jus. Selain itu jg ada kegiatan preschool yang tentu bermanfaat untuk menstimulasi kecerdasan anak. Bahkan yang aku baca di beberapa blog, anak-anak yang dititip di daycare biasanya memiliki kecerdasan/keterampilan yang lebih baik dibandingkan anak-anak seusianya.

Selain sisi positif di atas, juga terdapat sisi negatif, yaitu anak jadi sering sakit karena kalau ada anak yang sakit, akan segera tertular ke teman-teman dan bahkan ke pengasuhnya. Tapi hal ini tidak jadi masalah, karena dengan sakit anak akan jadi lebih kuat. Para ibu tidak perlu khawatir kalau anak sakit…sisi negatif berikutnya adalah capek mengantar jemput dan mahal di ongkos taksi…hehehe…tapi tak mengapa..semuanya kembali ke prinsip hidup kita sebagai orangtua, kita bekerja siang malam membanting tulang, untuk siapa sih? Tentu saja untuk anak juga kan..jadi aku cukup menikmati kegiatan antar jemput Jerome dan tidak menganggapnya sebagai beban.

Sunday, May 18, 2008

Dillema

Kurang dr 3 bulan lagi aku harus berangkat ke Amerika untuk melanjutkan studi ke University of Illinois at Urbana-Champaign, namun sampai saat ini diriku yang plinplan ini masih diliputi kekhawatiran dan kebingungan untuk membuat keputusan diantara 3 pilihan, yaitu:
  1. Berangkat sekeluarga bersama anak dan suamiku, lalu bersama-sama memulai hidup di negeri yang jauh untuk 1,5 tahun. Namun pilihan ini bukanlah tanpa pengorbanan, karena untuk ikut dengan kami, suamiku harus resign dari perusahaan tempatnya bekerja selama 7 tahun terakhir dan sudah berada pada posisi yang settle saat ini. Bahkan dia baru saja promosi dan akan pindah ke Jakarta bulan juli nanti. Tapi kepindahannya ke Jakarta sungguh kusesalkan karena itu baru terjadi ketika aku justru akan meninggalkan Jakarta. Akan tetapi masa tinggal di Jakarta itu pun tidak diketahui sampai kapan, dan tidak akan selamanya. Bisa jadi 2 tahun kemudian dia dipindah lagi entah ke kota mana. Tapi dengan memilih resign, berarti setelah pulang dari amrik, tentu kami akan kembali ke dunia nyata, dengan posisi suami unemployment, mampukah kami melalui badai topan kehidupan itu nantinya? Aku khawatir dengan kondisi mentalnya sepulang kami dari sana.
  2. Berangkat bersama anak saja tanpa suami, jelas akan sulit karena anak tetap harus ada yg mengawasi selama aku kuliah nantinya. Bisa saja aku menitipkan anakku di childcare dengan biaya yang sangat mahal, itupun hanya untuk 10 jam, dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore. Padahal kegiatan perkuliahan itu tidak hanya sampai sore, bisa malam atau bahkan harus begadang mengerjakan tugas. Belum lagi kalau aku harus ke perpustakaan sampai tengah malam, tentu akan sulit bagiku kalau ada anak di rumah (hal inipun tidak mungkin dilakukan, karna peraturan di amerika menyatakan bahwa anak di bawah umur tidak boleh ditinggal sendirian di rumah). Pasti akan sangat berat bagiku bila harus kuliah dengan membawa anak tanpa ada bantuan orang lain, mengingat di Indonesia sudah terbiasa dengan adanya PRT dan baby sitter. Untuk membawa orang lain selain keluarga inti, nyaris mustahil..sperti diketahui bersama, masuk ke negerinya paman sam itu susahnya luar biasa. Pengajuan visa akan memakan waktu dan biaya yang mahal. Sehingga walaupun ada saudara yang bisa dibawa, belum tentu akan mendapatkan visa. Itu sebabnya pegawai di bagian protocol yang mengurus paspor dan visa pegawai yang akan ke luar negeri, dari jauh-jauh hari sudah menyampaikan keadaan itu, sehingga disarankan untuk tidak membuang-buang uang untuk pengurusan visa dan paspor.
  3. Berangkat sendiri tanpa anak dan suami, waaaah….jelas tidak mungkin dan tidak akan kulakukan. Lebih baik aku tidak jadi kuliah daripada berangkat tanpa anak…aku tak sanggup berpisah dari anakku…

Ah…malam semakin larut dan kelam….kebimbangan dan berbagai pikiran masih berkecamuk di benakku yang buntu dan belum jua menentukan pilihan apa yang akan kami ambil. Sungguh sulit rasanya menentukan pilihan diantara 3 pilihan sulit itu. Semoga Tuhan yang maha mengetahui segera memberi petunjuk pilihan apa yang harus diambil dan semoga pilihan itu adalah yang terbaik bagi kami.

Semoga…..

Wednesday, April 9, 2008

Avanza

Waktu itu tahun 2004 sekitar bulan Agustus, Irfan gembul dgn hebohnya berteriak2 memanggil namaku…katanya ada telepon dari Bank Mandiri yang mengabarkan aku memenangkan suatu undian. Huh, joke apa lagi ini, pikirku. Ari gini kok ngarepin undian, batinku.

Sedari dulu memang aku paling ndak hobi yg namanya ikut undian apapun, dari mulai indomie, kopi kapal api, dll yg konon justru paling hobi diikuti kakakku eli. Segala undian dia ikuti, dari makanan sampai detergen. Tapi dia tak pernah sekalipun memenangkan undian2 itu, bahkan dapet sepotong kutang pun tidak. Hmm…ada gitu undian berhadiah kutang? Meneketehe.. Aku sendiri berprinsip, there is no such thing as a free lunch. Gada makan siang yg gratis kawan! Semua harus diperoleh dengan usaha dan kerja keras. Jangan mengharapkan uang jatuh dari langit, atau daun berubah jadi uang. Makanya geli banget kalo liat di tivi, ada aja orang-orang yang tertipu dengan oknum penggandaan uang, yang ngakunya bisa menyulap tumpukan potongan kertas koran jadi uang, atau dengan menyetor 500 ribu bisa jadi 5 miliar..hahaha…that’s so silly I think.

Ada juga orang yang percaya dengan sms2 gak mutu yang mengabarkan kamu memenangkan hadiah sekian juta dari bla bla bla, hubungi nomer telpon sekian sekian sekian, dst. Kalau aku dapet sms kayak gitu, tanpa berpikir panjang langsung aku hapus. Buang-buang energy. Tapi adaaaaa aja yg jadi korban. Bahkan mamaku juga nyaris jadi korban. Untung aku slalu berpesan wanti-wanti ke mama supaya jangan langsung mengikuti instruksi sms gelap itu. Jadinya tiap kali si mama dapat sms tipuan gitu, biasanya mama mem-forward-nya ke aku untuk memastikan itu tipuan atau bukan, yang aku yakin mama pasti H2C, harap-harap cemas menanti jawabanku. Ah mama…ari gini nyari yang gratisan?

Jadi kembali ke ceritaku di awal, ketika Irfan gembul memanggilku karena aku dikabarkan memenangkan undian bank Mandiri, jidat mulusku berkerut…undian apa sih? Perasaan aku ndak pernah ikut undian deee… Wah kalau dapet tipi berwarna sih lumayan juga, pikirku. Dengan malas aku menerima gagang telpon yang disodorkan Irfan, dan dengan suara serak-serak banjir menjawab,”haloo…”
Suara di seberang menyahut,”dengan mbak Frida?”
Aku: “iya betul mbak….ada apa?”
Mbak Mandiri, sebut saja begitu, (maksudnya mbak-mbak dari bank Mandiri): “Selamat ya mbak….mbak dapat hadiah 1 unit mobil Avanza dari Bank Mandiri…”
Diam sejenak, aku kaget dan masih belum percaya, dan dengan slenge’an menjawab,”sumpeh lo??”
Mbak Mandiri:” (Tertawa renyah di seberang, kupikir apa dia lupa kalau aku perempuan, buat apa dia tertawa erotis sperti itu?) betul mbak…saya dari Bank Mandiri, kalau mbak tidak percaya, datang aja kesini, Bank Mandiri cabang Thamrin..jangan lupa bawa buku tabungan ya…Pengumuman nama pemenang sudah ada di Koran Media Indonesia beberapa hari yang lalu loh mbak..Tapi yang diumumkan memang nomer rekening…”
Aku, masih tidak percaya, kembali bertanya: ”coba deh mbak sebutkan data-data saya kalau memang saya yang menang..”
Lalu dengan lancar dia menyebutkan data-data pribadiku, dari mulai nama, alamat, no KTP, no rekening Mandiri dst. Wah, betul juga, pikirku. Ah tapi masak sih??? Masih belum siap menerima kejutan itu, aku menyeret Irfan yang segera menawarkan diri untuk mengantarku ke Bank Mandiri yang ada di seberang kantorku. Antara percaya dan tidak, karena aku yang tak pernah mengharapkan bisa memenangkan undian apapun, tiba-tiba kejatuhan Avanza. Mimpi apa aku semalam? Semoga ini bukan bentuk penipuan baru, pikirku. Dan benar saja, setelah aku menunjukkan buku tabungan, si mbak gantian menunjukkan bukti bahwa aku adalah benar pemenang hadiah dari Mandiri Fiesta berupa 1 unit mobil Avanza off the road.

Wow..Can u imagine, my friend?? With only about IDR33 million in my account, I won the first prize without sending any coupon!!! Kata mereka, ada yang tabungannya 4 milliar (weleh…gak kebayang deh punya duit segitu banyak) aja gak menang. Ternyata Bank Mandiri mengundi nomer-nomer rekening tabungan Mandiri milik nasabahnya tanpa mewajibkan nasabah mengisi kupon apapun. This was the very first time I believe about prize..Sebelumnya aku tak pernah percaya dengan yg namanya undian karena memang gak pernah menang apapun, bahkan sebutir kolorpun tidak…so its bullshit! But now I know, not all of them are bullshit…buktinya yang satu ini benar-benar ada, kawan!

Saking girangnya, aku melonjak-lonjak dengan heboh di hadapan karyawan dan karyawati Bank Mandiri…hahaha….malu-maluin ya? Biarin…Entah kenapa, sering kali keberuntungan datang menghampiriku tanpa permisi..yaelaah ngapain juga permisi booo? Itulah salah satu keberuntunganku, si anak kampong yang dulunya membaca saja sulit, sehingga sepertinya teman-teman malu bermain denganku..halah…

Aku teringat pada Kang Darjana, yang beberapa hari sebelumnya aku ajak berinvestasi di reksadana, tapi dia bilang, mau nunggu hadiah Avanza aja dari Bank Mandiri…Hah??? Aneh sekali, pikirku. Ngapain juga ngarepin undian…hehehe…eh dia yang berharap, malah aku yang dapat..hahaha..Itulah yang disebut dengan hoki, kawan…bukan santa hoki, tapi hoki beneran, alias keberuntungan. Thanks God…

Sehari sebelumnya, aku baru aja ngerjain orang yang berusaha menjebak teman satu bagianku. Temanku itu memang dengan sadar tanpa paksaan mengikuti undian Silver Queen. Tau-tau dia dapat seberkas dokumen yang mengabarkan kalau dia memenangkan hadiah pertama berupa satu unit mobil, aku lupa apa merknya, padahal jelas-jelas undian itu sudah lama berakhir. Melihat dokumen2 itu secara sepintas, aku langsung tau kalau itu bohong. Tapi temanku itu sepertinya tidak percaya. Maka setelah kuteliti lebih lanjut, terbukti info itu bohongan. Maka, kejahilanku pun timbul. Aku jd ingin balik ngerjain tuh orang yg ngaku-ngaku sebagai orang yang harus dihubungi untuk konfirmasi. Bagaimana aku menjebak pelaku undian aspal itu? Perlu 1 sesi khusus menceritakannya. Nanti akan aku tulis terpisah. Sing sabar ya nduk.. Makanya ketika si mbak Mandiri meneleponku, aku sedikit cemas, jangan-jangan kuwalat nih abis ngerjain orang, skarang balik dikerjain..hihihi...

Kembali ke Avanza keberuntunganku, aku akhirnya memutuskan untuk menjual Avanza itu karena waktu itu, aku masih single fighter, masih ngekos pula, dan merasa gak butuh mobil (hah?? Ada gitu yg gak butuh mobil? Ada aja bo..). Aku melepas (baca: menjual) mobil Avanza itu ke temanku Keri yang waktu itu tetangga di depan kosku. Lumayan, tiap pagi tetap bisa nebeng gratis ke kantor..Ibaratnya dapet mobil plus supir, hehehe…

Tuesday, April 1, 2008

Akhirnya....

Setelah melalui perjuangan panjang dan melelahkan hingga menguras tenaga, pikiran, perasaan dan air mata, akhirnya aku diijinkan BI untuk melanjutkan studi ke University of Illinois at Urbana-Champaign (UIUC) di Amerika Serikat.
Senangnya tak terlukiskan dengan kata-kata....Mimpi-mimpi lamaku akhirnya akan terwujud juga: menginjak-injak negeri paman sam, menyaksikan patung liberty dengan mata kepalaku sndiri (bukan dari foto atau TV), dan merasakan udara amerika meresap ke paru-paruku....
Ah mungkin kalian berpikir udara dimana-mana sama saja. Tentu beda kawan! Udara Indonesia penuh polusi, sedangkan udara amerika penuh kedamaian...hehehe...sok tau gw..
Yah setidaknya, aku merasa sangat beruntung akan menempuh pendidikan setinggi itu, di Amerika lagi...Norak banget ya? Biarin....daku emang terlahir norak sejak dulu...udah bawaan orok...mo gemana lagi..
Akhirnya aku bisa menyusul teman2ku yg sudah lebih dulu kesana...Ah senangnya...
Dan kalian tau kawan? semua ini terwujud berkat The Secret!!!
Belum pernah baca bukunya?? keterlaluan...
Bahkan belum pernah dengar?? wah ini sih lebih keterlaluan lg....kuper abis...hey, where have you been, guys???
Jadi begini. Di The Secret dibilang, kalau kau punya keinginan, maka kau harus memperjuangkan keinginanmu itu.
Dengan cara apa?
Nah...contohnya pengalamanku ini. Ketika pertama kali terbersit di benakku untuk melanjutkan studi, yang terpikir adalah UIUC ini.Kenapa? Karena tahun lalu meja kerjaku bersebelahan dengan pegawai yang baru pulang dari UIUC dan dia memotivasi aku untuk kesana. Sering aku mendengar kisahnya, dan aku begitu tertarik karenanya. Maka, akupun browsing gambar2nya di internet, aku copy ke word, dan aku print berwarna. Kubawa pulang, dan ku tempel di diniding kamarku, di tempat yang mudah terlihat dan akan sering kulihat. Setelah itu, setiap malam sembari belajar TOEFL, aku memandangi gambar itu, membayangkan aku berada disana, sperti yang biasa kita lihat di film2 amerika: mahasiswa/mahasiswi berbaring santai di hamparan luas rumput hijau segar yang menggugah selera sambil membaca diktat2 kuliah...keren abis! Aku memvisualisasikan diriku seolah2 aku sudah berada disana. Dan itu aku lakukan setiap malam, dengan tak lupa berdoa, memohon pada yang di atas, agar berkenan memenuhi cita-cita dan harapanku itu. Walaupun aku harus tes TOEFL hingga 5 kali, sejak Mei 2007 dan berulang tiap 2 bulan, akhirnya pada 9 Februari 2008 kemarin nilai TOEFL-ku memenuhi syarat BI yang konon kabarnya lebih tinggi dari syarat universitas yang kulamar.
Aku tidak menyerah kawan..karena aku adalah pejuang sejati. hehehe...
Aku melamar ke UIUC pada 28 Desember 2007, mengirim dokumen pada 4 Januari 2008, dan aku mendapatkan surat penerimaan dari UIUC pada 10 Januari 2008!Sangat fantastik di mataku...benar2 tak kusangka...Dan nanti tanggal 11 Agustus 2008, aku akan segera berangkat kesana, bersama anak dan suamiku! Ah senangnya...tak ada yang lebih indah dari pergi jauh bersama keluarga tercinta yang lengkap dan utuh...Semoga aku bisa menyelesaikan studi tepat waktu, sehingga bisa kembali ke Indonesia dengan selamat sentausa sekitar bulan Februari 2010....Doakan aku ya teman-teman....
Tak lupa kuucapkan terima kasih yang tak terhingga pada sobat2ku:
Kang Darjana yg menjadi motivator utamaku,
Novi yang menyemangati dan memberi info2 penting, step-by-step mencari sekolah dll, banyak banget hal2 yang dilakukan Novi hingga aku tak dapat menguraikan satu persatu..Semoga segera tercapai cita-cita dan harapanmu ya say....
Firman Hidayat yang ketika kami bertemu di Bandung, dia memberikan contoh surat-surat rekomendasinya, memberi info seputar UIUC dan memberikan banyak alasan kenapa melamar ke UIUC is a must ;) dan aku hanya terbengong-bengong mendengarkan penjelasannya...tapi akhirnya mengikuti saran beliau dan thanks bro!! I did it!!! We will study together at UIUC :P
Dinavia, sobat tetap untuk curhat atas masalah apapun, dengan solusi yang tak tertandingi..
Cicik yang sering menyemangati dengan tulus walo agak pelit informasi, hehehe...
Teman-teman satu mobil jemputan yang kusayangi...
Ah banyak sekali sobat2ku yang rutin memotivasiku dan tak akan cukup kutulis satu per satu..
Dan tak lupa pada keluarga besarku: suamiku tercinta, mertuaku tersayang, mamaku tersayang, kakak, abang, adik, dan semua yang ada dalam trah keluargaku...aku akan merindukan kalian semua dalam 1,5 tahun yad..

Tuesday, March 11, 2008

where do I go to get school?

I was so confused...I must looking for school but I don't know where... Actually I have already been accepted by University of Illinois at Urbana-Champaign (UIUC), but my office still doesn't give any permition. I'm still waiting for that permition but I don't know until when....

On the other hand, I must enroll myself to Hiroshima University because I have already been interviewed by Prof. Komatsu. It means that 70% I will be accepted to get scholarship from The WorldBank but I still don't finish my proposal. All because I still don't know what to write.

Oh gosh...I'm so confused and feel underpressure. I hope that I will get permition from my office to go to UIUC.