Wednesday, June 18, 2008

Buku Ayah Edi

Waktu pameran komputer di JCC tanggal 11-18 Juni 2008 kemarin, aku bersama beberapa teman-teman kantor beramai-ramai mengunjungi pameran. Disana ternyata ada gramedia juga buka stand, dan aku melihat buku Ayah Edi - mengapa anak saya suka melawan dan susah diatur? Aku segera mengambil buku tersebut dan ketika membayar di kasir, kaget juga, karena buku tipis sperti itu harganya Rp42.000...hmmm....

Sesampainya di kantor, aku membuka bungkusnya dan menemukan ada CD di dalamnya. Oooh...ternyata harganya jadi mahal karena including CD walaupun CD sebetulnya tidak terlalu mahal dan isi CD-nya kebanyakan sudah diperdengarkan di SMART FM pada acara Indonesian Strong From Home.

Selain bukunya tipis, huruf-hurufnya pun besar-besar. Tapi isinya memang bagus sekali, sangat inspiring buat para orang tua bagaimana mendidik anak yang baik dan benar. Memang banyak sekali kebiasaan-kebiasaan orang tua yang jelek ditiru anak-anak dan anehnya orang tua sering kali kaget melihat perilaku anaknya yang sebetulnya adalah kebiasaan orang tuanya juga.
Kalau tidak sempat membaca bukunya, CD-nya bisa didengar di kantor sembari bekerja karena CD-nya adalah audio CD. Mendengarkan CD-nya akan memberi banyak inspirasi bagi kita bagaimana memperlakukan anak-anak kita sebagaimana seharusnya.
Webnya bisa dilihat di www.ayahedi.com.

Para orangtua sangat dianjurkan untuk membaca buku ini dan mendengarkan CD-nya karena bahasanya Ayah Edi mudah dicerna, contoh-contohnya sangat membumi dan realistis. Mungkin kita akan merasa tertohok karena banyak peristiwa yang diceritakan Ayah Edi benar-benar terjadi, baik pengalaman kita sendiri ketika kita kecil maupun apa yang kita lakukan pada anak-anak kita baik kita sadari maupun tidak...

Selamat membaca....

Monday, June 16, 2008

Jerome @ daycare

Minggu ini adalah minggu keempat Jerome kutitipkan di daycare. Tadi pagi waktu aku pamitan, dia masih nangis, tapi gak heboh…dia tidak berontak ketika kuserahkan pada Miss-nya, dan dengan manja dia merebahkan kepala di bahu Miss-nya sambil menatap kepergianku dengan sendu... Akupun melangkah dengan pasti menuju kantor…

Semua berawal ketika aku membeli digital voice recorder untuk persiapan kuliah ke US Agustus nanti. Ketika melihat benda itu, atasan di kantor menyarankanku untuk memanfaatkannya di rumah, sehingga aku bisa tau keadaan di rumah dari hasil rekaman suara itu. Aku pun setuju, namun entah kenapa aku merasa tak enak hati dan gelisah tak menentu. Namun kumantapkan hati dan kusiapkan diri untuk menerima kenyataan sepahit apapun. Mungkin itu yang disebut dengan feeling seorang ibu ya…dan ternyata, dari hasil rekaman, aku mendapat bukti bahwa susternya Jerome yang sudah bekerja 1,5 tahun menjaga Jerome sejak Jerome berusia 6 bulan, telah melakukan KDRT dan sering berlaku kasar padanya. Hal ini jelas tak bisa kuterima karena akan berdampak negatif pada perkembangan jiwa anakku. Sungguh tak kusangka, karena kejadian2 sperti ini biasanya hanya kubaca di email2 forward-an dari teman. Akhirnya setelah berpikir masak2 dan diskusi dengan suamiku dan teman-teman kantor sesama ibu bekerja, aku putuskan untuk memecat si suster bohay itu tanpa menunggu lebih lama lagi. Aku tak mau mengambil resiko anakku akan diperlakukan lebih buruk lagi. Walaupun jadwal keberangkatanku ke US tinggal 2 bulan lagi, aku tak perduli.

Mengingat proses pencarian suster baru tidak mudah dan belum tentu aman, apalagi jika tidak ada yang menjaga, aku dan suamiku memutuskan untuk menitipkan Jerome di daycare. Hal ini merupakan keputusan yang paling pas untuk 2 bulan ke depan selain membuat kami lebih tenang, juga supaya kami mandiri, tidak terus menerus merepotkan orangtua/mertua dengan memanggil mereka ke Jakarta untuk menjaga cucu. Pertimbangan lain yaitu sekaligus merupakan persiapan karena nantinya di US Jerome akan kutitipkan di daycare juga. Aku cuti selama 1 hari untuk men-survei daycare yang ada di Jakarta Pusat. Dari hasil browsing2 di internet, ada 3 daycare di Jakarta Pusat yang kutemukan di internet, yaitu keen kidz, baby kangoroo, dan highreach. Aku menelepon masing-masing daycare dan kuperoleh informasi kalau keenkidz sudah penuh dan tidak bisa menambah anak asuhan baru…akhirnya tinggal 2 pilihan, baby kangoroo atau highreach.

Aku dan Jerome segera meluncur ke baby kangoroo yang ada di kawasan SCBD, tepatnya di sebuah apartemen. Ruangan yang digunakan untuk daycare itu hanya 1 unit apartemen dengan 2 kamar tidur. Aku merasa daycare itu terlalu sempit dan pengap karena tidak ada ruang-ruang pemisah, hanya ada sekat setinggi kepala sehingga seluruh kegaduhan akan terdengar di seluruh ruangan.

Selanjutnya aku menuju ke Apartemen Sudirman Park, tempat highreach daycare berada. Tahun lalu aku pernah survey ke tempat itu bersama temanku Andyan. Tempatnya jauh lebih luas dari baby kangoroo, kuperkirakan itu merupakan 3 unit apartemen 2 kamar tidur dijadikan sebagai tempat daycare sehingga ada banyak ruang sesuai kelompok usia yaitu bayi, batita dan balita. Selain itu, resep makanannya pun disusun oleh pakar gizi Ibu Tuti Sunardi. Selain penitipan, daycare itu juga merupakan sekolah bagi anak-anak yang dititipkan.

Secara biaya, memang baby kangoroo lebih murah dibandingkan highreach. Namun secara kualitas, aku merasa highreach jauh lebih baik. Yah temanku bilang, ada rupa ada harga..akhirnya, aku dan suamiku memutuskan untuk menitipkan Jerome di highreach daycare, selain kualitas lebih baik, juga lokasinya lebih dekat ke kantorku, sehingga untuk menjemput Jerome akan lebih cepat. Selain itu, kami juga punya 1 unit apartemen di Sudirman Park itu, sehingga kami sudah familiar dengan suasana apartemen tersebut.

Hari pertama, Jerome tidak menangis! Sungguh ajaib, karna biasanya anak-anak yang dititipkan disitu akan menangis ketika ditinggal orang tuanya. Ternyata hal ini terjadi karena Jerome belum sadar bakal ditinggal disitu seharian..hahaha…mungkin dia pikir kami hanya sekedar mengunjungi saja sperti ketika kami melakukan survei. Selama 2 minggu pertama, Jerome selalu menangis heboh setiap kali ditinggal. Tapi menginjak minggu ketiga, Jerome masih nangis tapi tidak lama, karena biasanya dia akan segera hanyut dengan aneka permainan yang ada di daycare.

Jadi sudah hampir 1 bulan ini rutinitasku adalah mengantar dan menjemput Jerome di daycare. Pagi-pagi kami berangkat dengan naik taksi, Jerome masih dalam busana tidur alias piyama, aku mengantar Jerome ke daycare dan sebelum kutinggalkan, aku menemaninya dulu bermain-main dengan fasilitas yang ada di daycare. Lalu aku akan melanjutkan perjalanan ke kantor dengan naik angkutan umum. Sore hari, aku kembali menjemput Jerome dan kami pulang dengan menggunakan taksi lagi. Sekarang Jerome amat mahir menyebut “taksi..” hehehe..bahkan semua mobil dibilang taksi…hahaha… Setiba di rumah, aku segera mandi dan menyiapkan perlengkapan Jerome untuk dibawa ke daycare keesokan hari; baju main 2 pasang, baju tidur 1 pasang, baju pulang 1 pasang, diapers 2 buah, pakaian dalam 2 set, susu, dan handuk yang diganti sekali seminggu.

Kegiatan Jerome selama di daycare, pagi-pagi setelah kutinggalkan, dia bermain-main dengan teman seusianya, lalu dilanjutkan dengan sarapan. Setelah sarapan, mandi pagi. Sekitar jam 9 kegiatan preschool dimulai dan berlangsung sekitar 2 jam. Setelah itu, mereka menikmati snack pagi, lalu sikat gigi, cuci tangan-kaki-muka. Setelah itu, biasanya mereka dibawa berjalan-jalan di sekitar apartemen untuk mengenal lingkungan alam. Sekitar jam 12, mereka kembali ke daycare dan menikmati makan siang. Setelah makan siang, mereka cuci tangan-kaki-muka, ganti baju dengan piyama dan bersiap-siap tidur siang. Bangun tidur, mereka menikmati snack sore, biasanya jus buah, lalu dilanjutkan dengan kegiatan bebas. Setelah itu, makan sore, mandi sore dan bersiap-siap dijemput. Sekali seminggu, ada kegiatan berenang. Disana, kebersihan gigi-kuku-telinga-kulit selalu dijaga. Tiap pagi dan sore suhu badan diukur, kuku digunting setiap minggu, telinga dibersihkan ketika diperlukan. Mereka dibuatkan semacam buku yang isinya laporan kegiatan harian. Bahkan pup berapa kali sehari juga dilaporkan. Begitulah kehidupan anak-anak di highreach daycare.

Aku merasa tenang dan aman menitipkan Jerome di daycare, karena walaupun terkesan mahal tapi kuanggap sesuai dengan hasilnya. Kalau dihitung-hitung, biaya yang dikeluarkan di daycare sama dengan biaya menggaji baby sitter + THR baby sitter + biaya makan si baby sitter + biaya makan anak. Karena di daycare, mereka mendapatkan makan utama 3 kali sehari, snack dan jus. Selain itu jg ada kegiatan preschool yang tentu bermanfaat untuk menstimulasi kecerdasan anak. Bahkan yang aku baca di beberapa blog, anak-anak yang dititip di daycare biasanya memiliki kecerdasan/keterampilan yang lebih baik dibandingkan anak-anak seusianya.

Selain sisi positif di atas, juga terdapat sisi negatif, yaitu anak jadi sering sakit karena kalau ada anak yang sakit, akan segera tertular ke teman-teman dan bahkan ke pengasuhnya. Tapi hal ini tidak jadi masalah, karena dengan sakit anak akan jadi lebih kuat. Para ibu tidak perlu khawatir kalau anak sakit…sisi negatif berikutnya adalah capek mengantar jemput dan mahal di ongkos taksi…hehehe…tapi tak mengapa..semuanya kembali ke prinsip hidup kita sebagai orangtua, kita bekerja siang malam membanting tulang, untuk siapa sih? Tentu saja untuk anak juga kan..jadi aku cukup menikmati kegiatan antar jemput Jerome dan tidak menganggapnya sebagai beban.