Sunday, May 18, 2008

Dillema

Kurang dr 3 bulan lagi aku harus berangkat ke Amerika untuk melanjutkan studi ke University of Illinois at Urbana-Champaign, namun sampai saat ini diriku yang plinplan ini masih diliputi kekhawatiran dan kebingungan untuk membuat keputusan diantara 3 pilihan, yaitu:
  1. Berangkat sekeluarga bersama anak dan suamiku, lalu bersama-sama memulai hidup di negeri yang jauh untuk 1,5 tahun. Namun pilihan ini bukanlah tanpa pengorbanan, karena untuk ikut dengan kami, suamiku harus resign dari perusahaan tempatnya bekerja selama 7 tahun terakhir dan sudah berada pada posisi yang settle saat ini. Bahkan dia baru saja promosi dan akan pindah ke Jakarta bulan juli nanti. Tapi kepindahannya ke Jakarta sungguh kusesalkan karena itu baru terjadi ketika aku justru akan meninggalkan Jakarta. Akan tetapi masa tinggal di Jakarta itu pun tidak diketahui sampai kapan, dan tidak akan selamanya. Bisa jadi 2 tahun kemudian dia dipindah lagi entah ke kota mana. Tapi dengan memilih resign, berarti setelah pulang dari amrik, tentu kami akan kembali ke dunia nyata, dengan posisi suami unemployment, mampukah kami melalui badai topan kehidupan itu nantinya? Aku khawatir dengan kondisi mentalnya sepulang kami dari sana.
  2. Berangkat bersama anak saja tanpa suami, jelas akan sulit karena anak tetap harus ada yg mengawasi selama aku kuliah nantinya. Bisa saja aku menitipkan anakku di childcare dengan biaya yang sangat mahal, itupun hanya untuk 10 jam, dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore. Padahal kegiatan perkuliahan itu tidak hanya sampai sore, bisa malam atau bahkan harus begadang mengerjakan tugas. Belum lagi kalau aku harus ke perpustakaan sampai tengah malam, tentu akan sulit bagiku kalau ada anak di rumah (hal inipun tidak mungkin dilakukan, karna peraturan di amerika menyatakan bahwa anak di bawah umur tidak boleh ditinggal sendirian di rumah). Pasti akan sangat berat bagiku bila harus kuliah dengan membawa anak tanpa ada bantuan orang lain, mengingat di Indonesia sudah terbiasa dengan adanya PRT dan baby sitter. Untuk membawa orang lain selain keluarga inti, nyaris mustahil..sperti diketahui bersama, masuk ke negerinya paman sam itu susahnya luar biasa. Pengajuan visa akan memakan waktu dan biaya yang mahal. Sehingga walaupun ada saudara yang bisa dibawa, belum tentu akan mendapatkan visa. Itu sebabnya pegawai di bagian protocol yang mengurus paspor dan visa pegawai yang akan ke luar negeri, dari jauh-jauh hari sudah menyampaikan keadaan itu, sehingga disarankan untuk tidak membuang-buang uang untuk pengurusan visa dan paspor.
  3. Berangkat sendiri tanpa anak dan suami, waaaah….jelas tidak mungkin dan tidak akan kulakukan. Lebih baik aku tidak jadi kuliah daripada berangkat tanpa anak…aku tak sanggup berpisah dari anakku…

Ah…malam semakin larut dan kelam….kebimbangan dan berbagai pikiran masih berkecamuk di benakku yang buntu dan belum jua menentukan pilihan apa yang akan kami ambil. Sungguh sulit rasanya menentukan pilihan diantara 3 pilihan sulit itu. Semoga Tuhan yang maha mengetahui segera memberi petunjuk pilihan apa yang harus diambil dan semoga pilihan itu adalah yang terbaik bagi kami.

Semoga…..